PerubahanPola, Raudhotun Arbangiyah, FIB UI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA ix ABSTRAK Nama : Raudhotun Arbangiyah Program Studi : Ilmu Sejarah Judul : Perubahan Pola Pertanian Rakyat Di Desa Sembungan Dataran Tinggi Dieng (1985-1995) Dalam penulisan skripsi ini selain menggunakan metode sejarah, yaitu heuristik, Ilustrasi. Dataran Tinggi Dieng. Foto Domain KBR, Banjarnegara – Top soil atau tanah lapisan atas di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, diperkirakan habis dalam jangka 20 tahun mendatang. Bersamaan dengan habisnya top soil yang merupakan lapisan tanah subur, pola mata pencaharian pertanian masyarakat Dieng pun diprediksi akan mati. Petugas Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung BP DASHL Serayu Opak Progo, Novan Hakim mengatakan, top soil Dieng tergerus lantaran pola tanam yang tak ramah lingkungan atau konservasi. Akibatnya, erosi semakin tinggi. Kini top soil Dieng rata-rata tinggal 40 sentimeter dan semakin menipis dengan cepat. Novan Hakim menyebut, penyebab pertama menipisnya top soil Dieng adalah alih fungsi hutan menjadi tanaman sayuran. Masalah lainnya muncul saat pola tanam tak mengindahkan konservasi, seperti menanam dengan pola memotong kontur tanah untuk menghindari genangan. Dalam jangka pendek, produksi pertanian akan tinggi. Tetapi, pola tanam ini akan menyebabkan laju erosi tanah semakin tinggi. Selain itu, di petani Dieng juga banyak memanfaatkan lahan di tanah miring lebih dari 45 derajat. Padahal, sesuai kaidah konservasi, tanah miring tak layak dan tak boleh ditanami lantaran berisiko tinggi mempercepat degradasi tanah. Dari penelitian yang dilakukan, jenis tanaman yang dibudidayakan tak terlampau berpengaruh terhadap kecepatan erosi tanah. Paling berpengaruh, kata dia, adalah pola tanamnya. “Top soil, di daerah atas, Dieng, itu diprediksi kalau dari segi pertanian, hanya bertahan 20 tahun sampai 30 tahun. Top soil akan habis. Penyebab utama sebenarnya manusia, karena pola budidaya. Kalau penanaman sayur, idealnya itu tidak air tergenang. Memotong alur, untuk menghindari air tergenang. Penanaman memotong alur itu, sama saja membuat lapisan atas bebas,” kata Novan Hakim, Senin 14/10/2019. Lebih lanjut Novan Hakim mengatakan erosi yang tinggi menyebabkan bahaya lainnya, yakni pendangkalan sungai. Sungai dangkal menyebabkan wilayah hilir berpotensi banjir. Sedimentasi atau pendangkalan juga menjadi masalah serius untuk waduk atau bendungan karena bakal mengurangi kapasitas daya tampung air. BP DASHL Serayu Opak Progo bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup DLH mengedukasi masyarakat untuk mengubah pola tanam agar sesuai kaidah konservasi. Petani juga diimbau menanam tanaman yang tetap menghasilkan secara rutin, tetapi juga bernilai konservasi, misalnya tanaman buah-buahan berkayu keras. Editor Agus Luqman
Dataranrendah mempunyai ketinggian tempat di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 22ÂşC-27ÂşC sehingga termasuk daerah panas. Oleh karena suhu udaranya panas, bentuk rumah di dataran rendah pada umumnya memiliki ventilasi yang lebar dan banyak sehingga memudahkan sirkulasi udara.
Kita mesti bersyukur hidup di Indonesia, negeri tropis yang cuacanya tidak terlalu panas ataupun dingin. Di banyak negara lain, cuaca dan suhu bisa sangat ekstrim terlalu panas atau terlalu dingin adanya yang menjadi tantangan berat bagi manusia yang hidup di dalamnya. Seperti kita ketahui, suhu terdingin di bumi pernah dirasakan di Kutub Selatan, tepatnya di Stasiun Vostok yang dikelola Rusia. Pada 21 Juli 1983, tempat tersebut pernah mencatat suhu hingga mencapai minus derajat Celcius. Namun begitu, pada dasarnya, stasiun itu bukanlah tinggal permanen. Di banyak tempat di dunia, terdapat permukiman penduduk yang berada di daerah sangat dingin, dan seringkali suhu di kota-kota tersebut mencapai titik yang mungkin tak terbayangkan oleh kita. Berikut ini adalah 8 kota terdingin di dunia yang merupakan tempat hidup manusia, sebagaimana dikutip dari Monumen selamat datang di Verkhoyansk. Foto Becker0804/Wikimedia commons Verkhoyansk, Rusia Penduduk kota ini tak lebih dari orang yang hidup di dinginnya alam liar Siberia. Kota ini didirikan 1638 sebagai pusat pengembangbiakan ternak, serta pertambangan emas dan timah. Terletak 650 km dari kota Yakutsk, dan km dari kutub utara, dulunya Verkhoyansk dipakai sebagai tempat pengasingan para tahanan politik, dari tahun 1860 hingga awal abad 20 karena lokasinya yang begitu dingin. Pada Januari, rata-rata suhunya mencapai minus 14 derajat Celcius, dan Oktober hingga April, suhunya selalu di bawah nol derajat Celcius. Pada 1892, kota kecil ini mencatat suhu ekstrim hingga minus 32 derajat Celcius. Penduduknya selalu menggunakan topi yang terbuat dari bulu hewan, yang menutup kepala, juga jaket tebal. Mereka benar-benar tinggal di rumah jika suhu sungguh tak tertahankan. Hutan di Oymyakon yang tertutup salju dan kabut. Foto Maarten Takens/flickr Oymyakon, Rusia Kota ini penduduknya hanya 800 orang, letaknya sekitar tiga hari perjalanan dengan mobil dari Yakutks. Sekolah-sekolah di kota ini tetap buka meski suhu mencapai minus 12 derajat Celcius. Nama Oymyakon diambil dari nama sumber air panas yang dipakai penduduk selama musim dingin, dengan memecahkan es tebal di atasnya. Pada 6 Februari 1933, suhu di kota ini tercatat mencapai minus 32,3 derajat Celcius. Es yang menyelimuti wilayah International Falls. Foto Rainy Lake/Facebook International Falls, Minnesota, AS Meski tak sedingin seperti dua kota di Rusia, namun kota ini memiliki musim dingin yang panjang dan dingin dengan suhu terdingin mencapai minus 16 derajat Celcius. Suhu berada di 0 derajat hanya selama 60 malam dalam setahun, selebihnya kota ini tertutup salju tebal. Salju di wilayah Fraser. Foto Steve Carlton/flickr Fraser, Colorado Kota kecil ini terletak di ketinggian m dpl di lereng pegunungan Rocky yang dihuni kurang dari penduduk. Fraser adalah salah satu kota paling dingin di Amerika selama musim dingin, dengan suhu rata-rata 0 derajat Celcius. Fraser dan International Falls saling klaim sebagai “Icebox of the Nation” kota es Amerika Serikat. Suhu di International Falls lebih dingin dibanding Fraser pada musim dingin, tapi rata-rata suhu tahunan di Fraser lebih rendah. Lelaki ini bersiap memancing wilayah es Yakuts. Foto Bolot Bochkarev/Visit Yakutsk, Rusia Kota ini dikenal sebagai kota terdingin di dunia. Tempat dengan suhu terdingin di luar Kutub Selatan, ada tak jauh dari Kota Yakutsk di daerah aliran Sungai Yana. Selama musim dingin, rata-rata suhunya berada di bawah 0 derahat Celcius hingga Mei. Di Januari, suhu mencapai minus 28 derajat Celcius. Kota berpenduduk jiwa ini menggantungkan kehidupannya pada industri pertambangan, dan kota ini punya beberapa pusat teater, museum, bahkan kebun binatang. Hell, Norwegia. Foto Tom/flickr Hell, Norwegia Kota Hell, Norwegia dikenal ekstrim karena kombinasi nama dan suhu sub-Arktik. Rata-rata suhu di Januari 2016 adalah minus 4 derajat Celcius. Kota ini populer di kalangan turis, yang datang selama musim dingin untuk selfie di depan stasiun kereta kota. Barrow, Alaska. Foto Zanzabar Photography/flickr Barrow, Alaska Barrow adalah kota paling utara di Amerika yang hanya km dari Kutub Utara, juga berada 514 km di utara lingkaran Arktik. Matahari tenggelam di akhir November dan tak terbit hingga akhir januari. Di musim panas pun, suhu tetap dingin. Kota ini hanya bisa dijangkau melalui udara atau laut. Snag, Yukon, di tahun 1973. Foto RichardBH/Wikimedia Commons Snag, Kanada Terletak di Yukon, Desa Snag ini pernah mencatat suhu hingga minus 62 derajat Celcius pada 3 Februari 1947. Ini merupakan suhu terendah di wilayah Amerika Utara. Suhu rata-rata di Snag adalah 0 derajat Celcius dan terendah minus 12 derajat Celcius. Pastinya, wilayah ini selalu diselimuti musim dingin. Artikel yang diterbitkan oleh KawasanDataran Tinggi Dieng yang terletak di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, selama ini memang lebih identik dengan wisata alam, terutama mereka yang gemar dengan keindahan matahari terbit dari balik gunung.
Keunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan.
Denganmengunjungi situs-situs bersejarah di dataran tinggi Dieng ini, kamu dapat mempelajari pola hidup manusia di zaman dahulu yang telah mengenal arsitektur yang sarat akan nilai filosofi dan spiritual. Waktu terbaik untuk berkunjung ke kompleks Candi Arjuna di dataran tinggi Dieng ini adalah saat musim kemarau, sekitar antara bulan Mei Dataran tinggi Dieng atau Plato Dieng adalah sebuah wilayah di pusat Jawa Tengah yang memiliki ciri geologi, sejarah, dan pertanian yang dinilai khas.[oleh siapa?] Dataran ini diapit oleh jajaran perbukitan di sisi utara dan selatannya, yang berasal dari aktivitas vulkanik yang sama dan disebut Pegunungan Dieng. Pegunungan Dieng sendiri secara geografis berada di antara kompleks Puncak Rogojembangan di sebelah barat dan pasangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di sisi timurnya. Secara kasar dapat dikatakan bahwa wilayah Dataran tinggi Dieng menempati kawasan berukuran lebar utara–selatan 4–6 km dan panjang barat–timur 11 km.[1] Dieng saat matahari terbit Secara administrasi, dataran tinggi Dieng berada dalam wilayah Kecamatan Batur dan sebagian Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, dan bagian selatan dari Desa Pranten, Bawang, Kabupaten Batang, dengan inti kawasan wisata berada pada wilayah Desa Dieng Kulon di Banjarnegara dan Desa Dieng "Dieng Wetan" di Wonosobo. Ketinggian dataran berada pada 1600 sampai 2100 mdpl dengan arah aliran permukaan ke barat daya,[1] menuju ke lembah Sungai Serayu. Dengan suhu udara berkisar 12–20 °C di siang hari dan 6–10 °C di malam hari, meskipun pada musim kemarau Juli dan Agustus, suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari, iklim di dataran tinggi Dieng termasuk iklim subtropis dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas "embun racun" karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Meskipun cukup terpencil, dataran tinggi Dieng telah lama menjadi kawasan pemukiman. Sejumlah bangunan peninggalan abad ke-8 masih dapat ditemukan, baik dalam keadaan masih berdiri ataupun telah menjadi reruntuhan. Diperkirakan, bangunan-bangunan ini berasal dari masa Mataram Kuno awal. Terdapat indikasi bahwa penduduk kawasan ini berada pada pengaruh Kerajaan Sunda Galuh kuno sebelum kemudian dikuasai Medang.[butuh rujukan] Pertanian di Dieng menjadi sumber mata pencaharian utama penduduk. Penanaman sayur-mayur khas pegunungan menjadi aktivitas utama, seperti kentang, wortel, lobak, kubis bunga, bit, dan berbagai bawang-bawangan. Dataran tinggi Dieng adalah penghasil kentang terluas di Indonesia. Tanaman klembak dan purwoceng adalah tanaman penyegar yang khas Dieng, karena hanya cocok untuk tumbuh di kawasan ini. DataranTinggi Dieng adalah kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng memiliki Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.090 meter di atas permukaan laut. Suhu berkisar 12—20 °C di siang hari dan 6—10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Kawasan Dieng yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang merupakan kawasan yang memiliki sejarah geologi panjang Kini, dengan proses geologi yang ada memunculkan belasan kawah dan telaga yang tersebar di sejumlah tempat Meski kini banyak yang dijadikan obyek wisata, tetapi secara rutin Pos Pengamatan Gunung Api Dieng melakukan pemantauan. Sebab, kawah masih memungkinan meletus dan mengeluarkan gas beracun Dengan kekayaan sejarah geologi, kultur dan hayati, Dieng sempat dibicarakan agar supaya menjadi Geopark Kabut dan temperatur dingin menjadi sebuah kewajaran sehari-hari di kawasan Pegunungan Dieng yang berada di perbatasan antara Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, Jawa Tengah. Tidak mengherankan, kalau masyarakatnya juga beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Sarung, penutup kepala, dan di rumah dipastikan mempunyai tungku untuk pemanas sebagai hal yang wajib bagi penduduk Dieng. Tidak hanya alamnya yang indah, Dieng masih menyisakan belasan kawah aktif yang terbesar di tiga kabupaten. Pos Pengamatan Gunung Api Dieng mencatat, di Wonosobo ada kawah Pakuwaja dan Sikendang, kemudian di Batang ada Kawah Gerlang, Wanapriya, Wanasida, Sibanger dan Siglah. Sedangkan paling banyak, kawah masuk wilayah administratif Banjarnegara, meliputi kawah Sinila, Timbang, Candradimuka, Sileri, Pager Kandang, Sikidang, Bitingan, dan Sibanteng. Dalam buku Anne S Troelstra yang terbit tahun 2016 berjudul Bibliography of Natural History Travel Narratives dituliskan bahwa Franz Wilhelm Junghuhn 1909-1864 berkebangsaan Jerman itu telah menjelajah Dieng sekitar tahun 1850-an. Junghuhn sangat berjasa sebagai peneliti dari berbagai perspektif mulai ilmu bumi, vulkanologi, geologi dan botani. Dari awal eksplorasi itulah, kemudian belakangan banyak ahli yang melakukan riset bagaimana terbentuknya kawasan di Dieng. baca Mengapa Embun Beku Dieng Muncul Lebih Dini? Kawasan Kawah Sikidang, salah satu kawah yang masih aktif di pegunungan dieng, Banjarnegara, Jateng. Foto L Darmawan/Mongabay Indonesia Dari referensi di situs resmi Badan Geologi Kementerian ESDM dan Forum Geosaintis Muda Indonesia FGMI menyebutkan, pembentukan pegunungan Dieng berdasarkan umur relatif, sisa morfologi, tingkat erosi, hubungan stratigrafi dan tingkat pelapukan. Dalam pembentukan pegunungan Dieng, ada tiga episode yakni formasi pra pra kaldera, episode kedua kaldera, dan episode ketiga aktivitas gunung api. Pada episode formasi pra kaldera, produk piroklastik Rogo Jembangan menutupi daerah utara dan selatan kompleks, kemungkinan terbentuk pada Kuarter bawah. Kawah Tlerep yang berada di batas timur terbuka ke arah selatan membentuk struktur dome berkomposisi “hornblende” andesit. Krater vulkanik Prau ke arah utara dari Tlerep. Prau vulkanik menghasilkan endapan piroklastik dan lava andesity basaltis. Fase awal ini terjadi letusan besar dari Gunung Dieng yang menimbulkan Depresi Batur sebagai kaldera raksasa dataran tinggi dieng. Sisa morfologi yang paling terlihat adalah dengan adanya morfologi Gunung Prau sebagai salah satu pagar dari kaldera tersebut. Sedangkan episode kedua merupakan aktivitas vulkanik yang berkembang di dalam kaldera. Di antaranya adalah Gunung Bisma, kawah tertua yang terpotong membuka ke arah barat. Kemudian Gunung Seroja dengan usia yang lebih muda dengan tingkat erosi selope yang kurang kuat, lalu Gunung Nagasari merupakan gunung api komposit berkembang dari utara ke selatan berada di Dieng, Kecamatan Batur. Selanjutnya adalah Gunung Palangonan dan Merdada, memiliki kawah ke arah timur, masih memperlihatkan morfologi muda. Ada juga Gunung Pager Kandang yang memiliki kawah pada bagian utara, Gunung Sileri merupakan kawah preatik, Gunung Igir Binem merupakan gunung api strato dengan dua kawah dan disebut sebagai Telaga Warna serta kawasan Gunung Gringo-Petarangan yang berada di daerah depresi Batur. Letusan kedua menimbulkan terbentuknya morfologi tinggian yang menjadi perbukitan kerucut vulkanik dan morfologi rendahan akibat depresi membentuk suatu cekungan. Perbukitan vulkanik yang dihasilkan membentuk beberapa bukit yang sering dikenal sebagai Bukit Sikunir, Gunung Pakuwaja, Gunung Bisma dan Komplek Batu Ratapan Angin. Kemudian dari morfologi rendahan yang dihasilkan terisi oleh air yang membetuk beberapa telaga yang kita kenal sebagai Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Menjer, Telaga Cebong, Telaga Merdada, Telaga Dringo, Telaga Sewiwi Sementara pada episode ketiga adalah fase aktivitas gunung api yang menghasilkan lava andesit biotit, jatuhan piroklastik, dan aktivitas hidrotermal. Ada sembilan titik erupsi di kaldera Dieng yang menghasilkan lava dome dan lava flow biotit andesit. Seperti di Sikidang dan Legetang, Pakuwaja, Sikunang, Dome Perambanan dan lainnya. baca juga Purwaceng “Viagra of Java” Hanya Hidup di Dieng. Benarkah? Kawasan datar di wilayah Bukit Pangonan, kawasan dieng, Jateng. Foto L Darmawan/Mongabay Indonesia Para ahli vulkanologi juga mencatat bahwa dataran tinggi Dieng terjadi sejak 3,6 juta tahun yang lalu sampai sekitar tahun silam. Ada fase meletusnya Gunung Prau, kemudian disusul letusan-letusan di wilayah kaldera, serta paling muda mulai tahun lalu berupa letusan kerucut vulkanik di bagian selatan Dieng. Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip, mengatakan kawah-kawah yang masih aktif di dataran tinggi Dieng harus terus dipantau oleh pos pengamatan. Ada belasan kawah yang harus dipantau. “Kami memantau kawah-kawah di wilayah tiga kabupaten yakni Batang, Wonosobo, dan Banjarnegara. Laporan harian biasa kami buat,” katanya. Meski ada sejumlah kawah yang dibuka untuk destinasi wisata, tetapi pos pengamatan harus terus melakukan pemantauan, karena kawah tersebut masih tetap aktif. Bahkan, kadang ada letusan meski sifatnya freatik. Kejadian terakhir adalah letusan Kawah Sileri pada April 2018 lalu. Letusan itu kecil, hanya menjangkau sekitar 100-200 meter sekitar kawah. Letusan yang sama terjadi pada 2 Juli 2017 yang membuat sejumlah wisatawan luka-luka. Menurut Surip, yang lebih perlu diwaspadai dari kawah-kawah aktif di dataran tinggi Dieng, adalah gas beracun. Kalau letusannya, sifatnya hanya freatik dan bukan erupsi yang besar. Berdasarkan data dan sejarah letusan, sejumlah kawah di Dieng berkali-laki meletus. Tetapi paling besar dampaknya, berdasarkan sejarah yang tercatat adalah letusan Kawah Sinila yang menyemburkan gas beracun pada 20 Februari 1979. Setidaknya 149 korban meninggal kala itu. menarik dibaca Mengikuti Ritual Pemotongan Rambut Gimbal di Dieng, Ini Ceritanya Pagi di salah satu perbukitan di Kawasan Dieng, Jateng. Foto L Darmawan/Mongabay Indonesia Selain itu, gempa bumi dan letusan yang terjadi di Kawah Sileri pada 1944 menyebabkan 59 orang meninggal, 38 luka-luka dan 55 orang hilang. Korban jiwa juga tercatat ketika terjadi letusan di Kawah Batur pada tahun 1939 dengan korban jiwa 5 orang. Data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG mencatat sejarah letusan sejak tahun 1450 di Pakuwaja. Selain Pakuwaja, Sinila, Batur, dan Sileri ada beberapa kawah lain yang pernah meletus yakni Sikidang, Siglagak, Candradimuka atau Telaga Dringo, Kawah Dieng Kulon dan Kawah Sibanteng. “Sampai sekarang, gas beracun menjadi salah satu ancaman dari kawah-kawah di Dieng. Sedikitnya ada tiga gas yang keluar dari kawah yakni CO2, H2S dan SO2. Sampai sekarang, kami juga memantau kadar gas yang keluar dari kawah,”jelas Surip. Surip mengatakan masing-masih kawah memiliki kamar magma sendiri-sendiri, sehingga meski berdekatan, kawah yang satu tidak terpengaruh aktivitasnya dengan kawah lainnya. “Telah beberapa kali terjadi, misalnya Kawah Sibanteng meletus, tetapi Kawah Sikidang yang hanya berjarak 100 meter tidak ada persoalan. Sehingga kemungkinan memang masing-masing kawah mempunyai kamar magma yang berbeda. Jadi pengamat di sini harus paham benar masing-masing kawah, karena memiliki karakteristik,”ujarnya. Secara rutin, pos pengamatan terus memberikan informasi kepada para pengelola wisata, khususnya di kawah yang dikunjungi wisatawan. Bahkan, jika ada yang aktif, maka kemungkinan kawah akan ditutup, atau pengunjung tidak boleh mendekat dalam radius tertentu. baca juga Kopi Ini Sukses Satukan Ekonomi, Konservasi dan Mitigasi Kawasan Dieng, Jateng, juga kaya potensi panas bumi. Foto L Darmawan/Mongabay Indonesia Beberapa waktu lalu, sempat muncul ide mengenai kawasan Dieng menjadi Geopark kelas dunia. Bahkan, sejumlah pertemuan pernah melakukan pembahasan soal usulan itu. Meski sampai sekarang belum ada kelanjutannya lagi. Dieng menjadi kawasan yang kaya akan budaya, hayati, dan sejarah geologi. Itulah mengapa banyak pihak yang berharap jika Dieng jadi Geopark dunia. Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa Alif Faozi mengungkapkan sebetulnya sudah cukup lama ada ide mengenai Dieng yang akan dijadikan Geopark. “Dan sebenarnya Geopark akan menjadi brand’ yang memiliki kelebihan karena disebut sebagai taman bumi. Bagi kami, tentu sangat mendukung adanya ide tersebut. Hanya saja, perlu ada koordinasi dari seluruh pelaku kepentingan,” katanya. Konsep Geopark di Dieng itu sama dengan misi Dieng Pandawa yang mengusung “sustainable tourism”. “Karena itu saya kira harus diperkuat juga manajemen tata kelola obyek wisata yang ada di Dieng agar bisa saling bersinergi. Jangan sampai belum sinerginya pengelola wisata akan menjadi bumerang bagi brand’ Geopark,” ujarnya. Artikel yang diterbitkan oleh
Yang paling lama catatan bencana di monumen ini adalah 1776. Catatan itu diambil dari dokumen lama Belanda, membuktikan bahwa di masa lalu Dieng pernah meletus hebat," ujar Dhimas Ferdhiyanto

- Beberapa hari belakangan ini, Dieng sedang menjadi pembicaraan di media sosial lantaran suhu dingin yang melanda, hingga menimbulkan embun es. Fenomena suhu dingin ini merupakan fenomena alamiah yang pada umumnya terjadi di bulan-bulan musim kemarau, rentang Juli hingga September. Begitu kata Sub Koordinator Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani kepada Tirto, Selasa 26/7. Suhu dingin sebenarnya tidak hanya melanda Dieng, namun di wilayah Pulau Jawa hingga NTT. Fenomena ini, menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi Dieng dan menyaksikan langsung embun es dan merasakan dinginnya suhu di sana. Lalu, di manakan letak Dieng dan apa saja rekomendasi wisata di sana? Baca juga Jadwal dan Rangkaian Acara Dieng Culture Festival 2022 Penyebab Cuaca Dingin Hari Ini dan Benarkah Dieng Membeku? Di Mana Letak Dieng? Kawasan Dieng adalah adalah salah satu dataran tinggi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Dieng berjarak sekira 9 km dari ibu kota kecamatan atau 26 Km dari ibu kota Kabupaten Wonosobo. Desa ini terbagi menjadi 8 RT, 2 RW dan 2 Dusun. Seluruh wilayah desa ini berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Rekomendasi Wisata di Dieng Ada banyak destinasi wisata yang bisa dikujungi oleh para wisatawan, mulai dari gunung, bukit, kawasan Candi, telaga, dan lainnya. Berikut ini rekomendasinya. 1. Gunung Prau Gunung Prau. foto/IStockphotoBagi Anda para pendaki, pasti sudah tidak asing dengan Gunung Parahu atau yang dikenal dengan nama Prau, yang memiliki tinggi mdpl. Gunung Prau menjadi salah satu tujuan bagi para pendaki dari berbagai wilayah. Gunung ini merupakan tapal batas antara empat kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Pemandangan dan keindahan alamnya, menjadi salah satu daya tarik para wisatawan. Puncak dari gunung Parahu merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat dijumpai pada puncaknya. Gunung ini menjadi salah satu tujuan pendakian utama di Dataran Tinggi Dieng sebagai salah satu spot sunrise favorit bagi wisatawan. Hutan di lereng gunung Parahu yang mengarah ke Kendal dan Batang, merupakan hutan lebat dan terdapat tumbuhan kantong semar pitcher plants endemik Jawa yaitu Nepenthes gymnamphora yang banyak tumbuh bersama dengan pakis resam Glichenia linearis. Di sekitar puncak ditemui bunga edelweiss jawa Anaphalis maxima dan Anaphalis longifolia. 2. Bukit Sikunir Bukit Sikunir. foto/IStockphotoDestinasi lain yang tak kalah menarik utnuk dikunjungi adalah Bukit Sikunir. Dilansir dari laman resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo, Bukit Sikunir Dieng adalah bukit kecil fenomenal yang terletak di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng pada ketinggian mdpl. Tepatnya sebelah Timur Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Sembungan sendiri merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Bukit Sikunir sangat terkenal dengan Golden Sun Rise nya yang sangat indah dan memanjakan mata. Waktu yang tepat untuk melihat Golden Sikunir yaitu pada musim kemarau antara Juli hingga Oktober. Pada bulan-bulan ini cuaca jarang mendung dan kabut tidak tebal. Ini adalah waktu terbaik untuk mendapatkan spot warna keemasan Golden Sunrise Sikunir dengan jelas. Cara menuju ke Desa Sembungan tempat Bukit Sikunir berada yaitu bisa dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewaan seperti angkot atau ojek. Jarak dari kota Wonosobo ke Dieng memakan waktu sekitar 50 menit dengan kendaraan. Waktu yang tepat untuk melakukan pendakian ke bukit Sikunir pukul dini hari, agar Anda bisa menyaksikan keindahan matahari terbit. Untuk memasuki Kawasan Wisata Bukit Sikunir Anda hanya dikenai biaya tiket masuk hanya per orang. 3. Telaga Warna Telaga Warna. foto/istockphotoTelaga Warna bisa jadi salah satu rekomendasi jika Anda sedang berkunjung ke Dieng. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni. Telaga Warna berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang menambah pesona keindahan alam sekitar telaga warna. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika pengunjung naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya. Cara menuju ke Telaga Warna yaitu Anda bisa melewati pusat Kota Wonosobo dengan Jarak sekitar 27 Km dengan waktu tempuh sekitar 40 menit menggunakan kendaraan. Harga tiket masuk ke Telaga Warna yaitu sebesar per orang. Sementara itu untuk retribusi parkir yaitu sebesar untuk sepeda motor dan untuk mobil. 4. Komplek Candi Dieng Candi Dieng. foto/IstockphotoKompleks Candi Dieng adalah salah satu kumpulan candi-candi Hindu yang terletak di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Mengutip situs Kawasan Candi Dieng menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut, memanjang arah utara-selatan sekitar 1900 m dengan lebar sepanjang 800 m. Kumpulan Candi Dieng ini beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa. Kompleks Candi Dieng terdiri dari 8 bangunan. Para ahli memperkirakan bahwa Candi Dieng dibangun melalui dua tahap. Tahap pertama meliputi Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, dan Candi Gatotkaca, diperkirakan dilakukan akhir abad 7 hingga abad 8. Pembangunan berlanjut pada tahap kedua sampai sekitar tahun 780 M. Cara menuju lokasi Candi Dieng yaitu melalui Kota Wonosobo. Jarak dari pusat kota ke Kompleks Candi Dieng yaitu sekitar 24,2 km, dengan durasi perjalanan kurang lebih 1 jam dengan kendaraan pribadi. Untuk akses menuju ke Kompleks Dieng, terdapat 3 jenis angkutan umum yang bisa digunakan oleh para wisatawan, yaitu shuttle bus jurusan Wonosobo-Batur, taksi dna dan jasa ojek. Harga Tiket Masuk Kompleks Candi Dieng Harga tiket masuk ke lokasi Candi Dieng berkisar antara hingga per orang. 5. Kawah Sikideng Landscape Kawah Sikidang, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat 3/8/2018. Kawah Sikidan adalah salah satu kawah yang letaknya paling dekat dengan komplek Candi Arjuna, Dieng. WilanderDestinasi wisata lain di Dieng adalah Kawah Sikideng, yang merupakan lapangan perkawahan di Dataran Tinggi Dieng yang berada paling dekat dengan kawasan percandian Dieng, mudah dicapai, dan dinikmati karena terletak di tanah datar, sehingga juga menjadi kawah yang paling dikunjungi wisatawan. Tapaknya berada di Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara. Posisinya berada di sebelah timur dari Bukit Pangonan, berdekatan dengan Kawah Sibanteng dan Kawah Upas-Luwuk. Harga tiket masuk ke wisata Kawah Sikideng yaitu sebesar Selain ke Kawah Sikideng, pengunjung juga bisa berkunjung ke Candi Arjuna tanpa harus membeli tiket. Cara Menuju Lokasi Candi Dieng Anda bisa berkunjung ke Dieng, melalui Kota Wonosobo. Jarak dari pusat kota ke Kompleks Candi Dieng yaitu sekitar 24,2 km, dengan durasi perjalanan kurang lebih 1 jam dengan kendaraan pribadi. Untuk akses menuju ke Kompleks Dieng, terdapat 3 jenis angkutan umum yang bisa digunakan oleh para wisatawan, yaitu shuttle bus jurusan Wonosobo-Batur, taksi dna dan jasa ojek. Baca juga Tempat Wisata Glamping Buat Liburan Keluarga di Jabar, Jateng, Bali Kompleks Candi Dieng, Harga Tiket Masuk dan Cara Menuju ke Lokasi Mengenal Lokasi Wisata di Belitung, Pantai, Danau, hingga Geosite - Pendidikan Penulis Yandri Daniel DamaledoEditor Yantina Debora

GKht. 97 290 238 397 454 208 82 82 321

pola hidup manusia di dataran tinggi dieng adalah